Mengapa ada fenomena gangguan mental yang sering kita sebut dengan “orang gila”? Penjelasan selengkapnya dari sisi medis dan psikologi dijelaskan di sini.
“Suatu hari, saat aku berada di kantor kepala sekolah, tiba-tiba ruangan menjadi besar, diterangi oleh cahaya listrik mengerikan yang menciptakan bayangan palsu. Aku begitu takut, kewalahan, dan merasa tersesat. Aku melihat sekeliling dengan putus asa untuk mencari bantuan. Aku mendengar suara-suara orang berbicara, tapi aku tidak mengerti arti dari suara-suara itu. Suara-suara itu seperti metal, tanpa arti dan tanpa warna. Hal ini terus berulang di kepalaku. Sangat absurd.”
– kutipan pengalaman seseorang yang mengalami halusinasi
Halo pembaca setia Zenius Blog. Kembali lagi bersama gw, Virgie. Beberapa waktu yang lalu, gw sempet menulis tentang depresi dan mengulik lebih dalam apa bedanya sedih biasa dan depresi. Gw cukup senang dengan respons yang masuk. Gw juga menerima beberapa curhatan dari para pembaca Zenius yang ketakutan apakah dia “hanya” sedang stres, jatuh depresi, atau jangan-jangan sudah gila? 😮
Di dunia psikologi dan medis, kondisi yang biasa kita sebut “gila” memiliki istilah “Schizophrenia”, gangguan mental yang salah satu gejalanya adalah mengalami halusinasi (mendengar suara yang tidak berbunyi dan melihat sesuatu yang tidak terlihat) seperti kutipan di awal artikel. Kalo kita ngomongin “gila”, mungkin yang biasa kebayang di kepala kita adalah “orang gila” di jalanan. Mereka biasanya gak peduli penampilan (bahkan telanjang), jalan-jalan tanpa juntrungan, ada yang ketawa sendiri, ada yang diem bengong tampang kosong, kurus banget, gak terawat, dan gak bisa diajak komunikasi.
Tapi apa betul yang dimaksud gila adalah yang seperti itu? Eits, jangan buru-buru generalisasi dulu. Ternyata terdapat beberapa kasus menarik, di mana ada juga lho orang yang didiagnosa dengan schizophrenia tapi akhirnya bisa menjalani hidup dengan normal, bahkan bisa berprestasi. Buat yang udah pernah nonton film A Beautiful Mind (2001), mungkin sempat dengar seorang ilmuwan bernama John Nash yang diperankan oleh aktor kawakan Russell Crowe. John Nash adalah seorang ahli matematika dari Amerika yang didiagnosa dengan schizophrenia tetapi pada akhirnya bisa hidup normal dan mampu menyabet hadiah Nobel atas karyanya di bidang ilmiah. Film ini sangat gua rekomendasikan untuk ditonton. Karena selain memenangkan 4 piala Oscar, film ini bisa menjadi media yang bagus untuk semakin memahami kondisi orang yang menderita schizophrenia.
Wah, ternyata kondisi schizophrenia itu tidak hanya bisa kita temukan pada sosok “orang gila” yang biasa kita lihat di jalanan ya. Secara medis, sebetulnya orang yang terdekat atau mungkin diri kita sendiri bisa aja jatuh jadi schizo. Sebagai profesional yang berkecimpung di bidang kesehatan mental, gw rasa pemahaman dan keprihatinan kita terhadap kesehatan mental di Indonesia sepertinya masih sangat perlu ditingkatkan.
Nah, untuk memperjelas apa yang dimaksud schizo dan ga asal main diagnosis sendiri, gw mau cerita panjang lebar nih tentang Schizoprenia. Sebuah gangguan mental yang mungkin paling banyak dikelilingi stigma dan kesalahpahaman. Barangkali karena lumayan langka (diderita 1% penduduk dunia) dan gejala yang timbul itu emang bisa dibilang super aneh bagi persepsi orang pada umumnya, schizophrenia menimbulkan lebih banyak keresahan di media, masyarakat, bahkan di institusi kesehatan dibanding gangguan mental lain. Adakalanya orang schizophrenia dicap sebagai tukang cari perhatian, pembohong, pembawa sial, kerasukan setan, orang yang kena kutukan, dan sebagainya. Alhasil, ga jarang para penderita gangguan mental ini menerima perlakuan yang ga manusiawi.
Kenapa sih orang bisa sampe gila kayak gitu? Kenapa ada orang yang sampe kehilangan pikiran dan jati dirinya, sampai-sampai melakukan hal di luar batas kewajaran manusia pada umumnya? Apa sih yang ada di kepala mereka?
Pada kesempatan kali ini, gw akan mengupas apa itu schizophrenia, kriteria diagnosisnya, siapa aja yang berisiko menderita schizophrenia. Dan yang lebih penting lagi, gw ingin menunjukkan bahwa orang dengan schizophrenia bukanlah cacat karakter atau miskonsepsi lain yang biasa melekat pada penderitanya. Schizophrenia adalah gangguan fungsi di otak yang menyebabkan seseorang sulit mempertahankan akal sehatnya.
Daftar Isi
Apa itu Schizophrenia?
Berasal dari Bahasa Yunani Skhizein, yang berarti pecah (split) dan Phren yang berarti pikiran (mind). Secara harafiah, schizophrenia artinya pikiran yang pecah. But wait, itu enggak sama dengan kepribadian ganda (multiple personality disorder) seperti yang diceritakan dalam novel 24 wajah Billy. Jadi jangan disamakan ya, itu kategori gangguan yang berbeda lagi. Mungkin pada tulisan berikutnya akan gw coba bahas. Pikiran yang pecah di sini maksudnya terpisah atau hilang kontak dengan realita.
Bagaimana kita bisa menentukan seseorang menderita schizophrenia atau enggak?
Ada beberapa gejala yang mesti diperhatikan untuk bisa mendiagnosis schizophrenia:
1. Delusi
Bedakan delusi dengan ilusi ya, ilusi itu mah kalau kita nonton atraksi sulap. Delusi atau waham, adalah keyakinan yang gak masuk akal, tetapi orang yang memiliki waham tersebut sangat yakin bahwa apa yang dipercayainya (wahamnya) itu benar. Beberapa contoh yang delusi yang biasa diyakini pada pasien schizophrenia yang gw temukan sendiri di lapangan:
- Pasien A yakin kalo mantan pacarnya berusaha membunuhnya. Terus dia paranoid, dikit-dikit pegang pisau. Setiap orang yang dia temui, dia yakini sebagai mantannya yang mau ngejahatin dia.
- Pasien B yakin kalo dia adalah dewa yang bisa menyelamatkan orang dari neraka.
- Pasien C yakin kalo boneka bayi yang dia pegang dan gendong adalah anaknya beneran. Dia pernah hamil dan anaknya meninggal. Sejak saat itu dia ga bisa terima kenyataan. Jadi boneka bayi itu dielus-elus, dimandiin, dan sebagainya.
2. Halusinasi
Halusinasi juga sering diartikan sama ilusi, tetapi bukan ya! Halusinasi adalah adanya perubahan eksternal yang diterima oleh organ sensorik kita (melihat, mendengar, atau merasakan sentuhan) TANPA adanya stimulus yang nyata. Jadi kalo ada orang melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang sehat yang lain, menurut analisis medis, orang itu berhalusinasi. Begitu juga dengan yang mendengar suara yang yang tidak bisa didengar orang sehat lain.
Tapi tolong bedakan dengan suara pikiran sendiri yang dikendalikan oleh kita ya. Setiap hari, pasti kita suka mendengar pikiran sendiri atau sambil bergumam sendiri, “Ah, ntar siang makan nasi padang aja deh.” Sedangkan, suara pada pasien schizo terdengar begitu “NYATA“ sampai ia tidak bisa membedakan suara itu bener ada atau enggak.
Kasus yang cukup sering dengan penderita schizophrenia adalah mereka mendengar suara-suara yang menyuruh mereka melakukan tindakan-tindakan yang tidak masuk akal. Pengalaman gw sendiri di lapangan adalah pasien schizophrenia yang beberapa kali melakukan percobaan pembakaran gedung karena mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk membakar rumah. Pada beberapa kasus lain, ada juga orang tua yang mendengar suara yang menyuruhnya membunuh anaknya sendiri. Serem kan! Maka dari itulah jika ada kasus pembunuhan dan si tersangka mengatakan ada suara yang menyuruh dia untuk melakukan tindakan tersebut, evaluasi psikiatri perlu dilakukan.
3. Bicara ga teratur
Ngomong ngelantur, ngomong sendiri, ngomong kata-kata yang ga jelas dan ga bisa dimengerti orang lain juga merupakan salah satu gejala dari schizophrenia.
4. Gejala negatif (defisit fungsi)
Ini merupakan salah satu gejala yang cukup menarik, di mana penderita schizophrenia tidak bergerak, ga banyak ngomong, diam saja kayak patung, ga ada ekspresi.
Jika seseorang mengalami minimal dua gejala di atas atau lebih DAN berlangsung selama lebih dari satu bulan, kemungkinan besar orang tersebut menderita schizophrenia.
Gejala-gejala di atas bisa sangat mengganggu sampai menghambat kemampuan seseorang untuk fokus, mengingat sesuatu, dan melakukan aktivitas dasar sehari-hari. Bisa juga jadi sebegitu destruktif-nya sampai membuat seseorang kewalahan mempertahankan akal sehatnya.
Lo bisa pantengin nih 2 video di bawah. Video pertama merupakan penuturan pengalaman sekaligus diagnosis gejala pasien schizophrenia. Video kedua menggambarkan sebuah eksperimen sosial pada orang normal yang mensimulasikan betapa mengganggunya halusinasi dan tekanan yang biasa dirasakan orang schizo.
Mungkin ga sih kita mengalami gejala-gejala di atas, tapi gak schizophren?
Bisa saja. Itu yang disebut dengan gangguan psikotik, di mana gejala-gejala schizophrenia muncul tetapi belum berlangsung sampai 1 bulan.
Seseorang bisa jadi psikotik dikarenakan banyak hal, seperti karena di bawah pengaruh konsumsi narkotik atau psikotropika, obat perawatan dari dokter, sampai karena stress yang sangat berat dan akut (tiba-tiba tapi singkat), atau stress/depresi ringan yang terjadi secara kronis (berlangsung lama) dan akhirnya didorong oleh suatu peristiwa bisa bikin orang mengalami halusinasi.
Gangguan psikotik akut bisa hilang sendiri dalam 1 bulan dan orangnya bisa kembali normal. Tapi kalo masih berlanjut 1 bulan lebih, bisa mengarah ke kondisi schizophrenia. That’s why, penting banget untuk mengontrol stres serta menangani depresi agar tidak menimbulkan efek yang terlalu berlebihan, and of course stay away from drugs!
Siapa saja yang berisiko menderita schizophrenia?
Schizo bisa menyerang siapa saja. Ini adalah gangguan mental yang tidak memandang ras atau jenis kelamin. Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengidap schizophrenia.
1. Genetik
Seperti gangguan mental lainnya, genetik cukup berperan dalam schizophrenia. Salah satu bukti yang mendukung genetik mengambil peran dalam schizophrenia adalah berbagai studi pada bayi kembar identik. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pada bayi kembar identik (monozigotik, berasal dari satu sel telur), jika salah satu menderita schizophrenia maka kemungkinan saudara kembarnya untuk menderita schizophrenia adalah 50%.
Dengan kemajuan teknologi dan berbagai sistem untuk menganalisa genome atau gen kita, muncullah beberapa nama gen yang menjadi topik menarik untuk memahami schizophrenia, diantaranya DISC1, PDE4B, NCAM1, dan lain sebagainya. Penelitian masih berlangsung untuk memahami peranan gen ini dalam proses patologi schizophrenia. Harapannya, dengan semakin mendalami bagaimana mereka bekerja dan berinteraksi dengan lingkungan, kita bisa mencegah atau mengobati penyakit ini.
2. Faktor Lingkungan
Perlu diingat bahwa genetik tidak berdiri sendiri. Faktor lingkungan, seperti stres berat dan gangguan pada proses persalinan yang pada akhirnya berinteraksi dengan faktor genetik ikut berperan.
Studi epidemiologi menunjukkan hubungan antara komplikasi saat persalinan dengan schizophrenia. Komplikasi saat proses melahirkan (ya bisa dibayangkan kan sulitnya bersalin pada sebagian orang dan sebagian lagi mudah-mudah saja) bisa menyebabkan pendarahan dan kekurangan oksigen. Jika komplikasi ini terjadi dan berjalan cukup lama sampai timbul gangguan maka bisa menjadi salah satu faktor si bayi untuk menderita schizophrenia ketika dewasa.
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa anak yang lahir dalam cuaca banyak penyakit (let’s just say, musim dingin di luar negeri dan musim batuk pilek di Indonesia), lebih rentan terkena virus. Bisa diasosiasikan infeksi virus atau bakteri pada ibu hamil dan bayi meningkatkan resiko terjadinya schizophrenia pada usia dewasa.
Kalo udah tahu gini, para pembaca zenius yang nantinya akan berkeluarga, jangan lupa untuk menjaga kesehatan pribadi dan lingkungan, apalagi kalau sedang hamil ya. Selain bisa menyerang tubuh kita (fisik); kuman, virus, atau mikroorganisme lainnya bisa secara tidak langsung menyerang pikiran kita.
3. Faktor Kejeniusan?
Sejak film Beautiful Mind dirilis, mulai banyak pihak yang mengaitkan schizophrenia dengan kejeniusan. Apakah orang schizophrenia itu jenius? Atau orang jenius itu ada kecenderungan untuk schizophrenia?
Ide yang mengaitkan schizo dengan kecerdasan mungkin pertama kali berasal dari sebuah studi pada tahun 1970 di Islandia yang mencentuskan hipotesis bahwa ada beberapa gen-terkait-schizophrenia yang berperan dalam stimulasi otak atau, dengan kata lain, meningkatkan intelegensi seseorang. Akan tetapi, studi pada beberapa tahun terakhir malah menunjukkan hal sebaliknya, di mana schizophrenia menyebabkan penurunan fungsi hipokampus, gangguan sinyal saraf, atau dengan kata lain penurunan kecerdasan. Jadi mana yang benar? Yah, para ilmuwan masih berdebat soal ini.
Apa isi kepala orang schizophrenia?
Berkembang pesatnya neurosains (ilmu tentang saraf) memberikan kita sebuah pengetahuan dan perspektif baru yang sangat berharga. Kita jadi tau bahwa orang dengan schizophrenia ternyata mengalami gangguan fungsi di otak. Neurosains memungkinkan kita “mengulik” isi kepala (otak) penderita gangguan mental dan menelusuri perubahan neurobiologis yang terjadi. Interaksi antara faktor genetik, stres berat, dan komplikasi persalinan ternyata bisa memicu ketidakseimbangan senyawa kimia di otak yang menjadi penyebab dasar schizophrenia.
Kalo kita ngomongin fungsi di otak, kita perlu flashback ke pelajaran Biologi tentang saraf yang kalian pelajari di kelas 9 SMP dan kelas 11 IPA SMA. Coba deh tonton video penjelasan Pras di zenius.net tentang sistem saraf berikut ini, khususnya di menit 9-12.
Gw recap dikit ya. Rangsangan dari lingkungan atau IMPULS yang masuk ke suatu SEL SARAF (NEURON) akan diterima oleh DENDRIT dan diteruskan ke badan sel. Dari badan sel, impuls akan diteruskan oleh AKSON menuju sel neuron lainnya. Impuls akan sampai ke bagian SINAPSIS yang merupakan daerah pertemuan antara ujung akson dari neuron yang satu dengan dendrit dari neuron lainnya. Pada celah sinapsis, akan dilemparkan senyawa kimia NEUROTRANSMITER yang berperan mengirimkan impuls ke neuron selanjutnya.
Neurotransmiter ini terbagi menjadi 2 sifat:
- Eksitasi (excitation, gampangnya ingat aja kata excited atau excitement) yang sifatnya meningkatkan impuls. Kalau neuron diibaratkan sebagai mobil, neurotransmiter eksitasi ini kayak gas yang mengaktivasi neuron. Contoh senyawa kimia neutransmiter yang meningkatkan impuls: asetilkolin, adrenalin, dopamin, glumatat, dll.
- Inhibisi (inhibition) yang sifatnya menghambat impuls. Kalau neuron diibaratkan sebagai mobil, neurotransmiter eksitasi ini kayak rem yang men-deaktivasi neuron. Contoh senyawa kimia neutransmiter yang menghambat impuls: GABA dan dopamin.
Nah, gangguan otak yang diduga (hipotesis) menyebabkan schizophrenia adalah ketidakseimbangan senyawa neurotransmiter, si chemical messenger dalam proses penghantaran impuls di sistem saraf kita. Jadi yang seharusnya “nge-gas” biar impuls diproses, eh ga bisa digas. Yang seharusnya “direm”, eh impulsnya malah diterusin. No wonder, timbul “behaviour baru” yang seharusnya ga ada, seperti halusinasi dan delusi. Atau hilang fungsi yang seharusnya ada, yang biasanya ditemukan pada pasien schizo dengan gejala negatif.
1. Hipotesis Dopamine
Gejala psikosis halusinasi, delusi, dan bicara ga teratur pada pasien schizo disebabkan karena terlalu banyaknya dopamin di daerah mesolimbic otak (berperan dalam pembentukan motivasi dan fungsi kognitif) yang mengakibatkan hiperaktivitas bagian otak tersebut. Gejala negatif pada pasien schizo disebabkan karena terlalu sedikitnya dopamin di di daerah mesocortical otak yang berfungsi mengatur kognisi dan emosi sehingga mengalami hipoaktivasi.
2. Gangguan fungsi Glutamat
Pada pasien schizophrenia, terjadi penurunan fungsi reseptor untuk glutamat (neurotransmiter eksitasi).
3. Gangguan fungsi GABA
GABA (Gamma aminobutyric acid) sifatnya inhibisi. Penderita schizophrenia memiliki gangguan pengaturan GABA di prefrontal cortex, bagian otak yang mengatur eksekusi dan planning kita. Kerusakan atau gangguan pada bagian ini menyebabkan seseorang sulit untuk mengatur rencana-rencana atau planning konkret ke depannya.
Penelitian terakhir juga mengindikasikan keterlibatan sistem kekebalan tubuh kita dalam proses timbulnya penyakit ini. Singkatnya, ketika ada kuman/virus/bakteri menyerang tubuh kita, maka sistem imun akan teraktivasi den terjadilah komunikasi antara sistem imun tubuh dan sistem imun otak. Aktivasi sistem imun otak kadang menyerang sel neuron itu sendiri sehingga terjadilah di prefrontal cortex dan striatum.
Bagaimana cara mengobati pasien schizophrenia?
Sebelum ilmu pengetahuan semaju sekarang, berbagai macam terapi yang (kita di masa sekarang akan melihatnya) kurang manusiawi dan (ternyata) ga efektif, diaplikasikan ke penderita schizophrenia. Beberapa contoh terapi tersebut mulai dari dikurung di instansi dan gak diapa-apain, disemprot air, sebagian otaknya dioperasi dan diangkat, disetrum, dikasi insulin dalam jumlah banyak yang bikin si pasien keringetan, kejang, sampe koma, macam-macam deh! Itu semua dilakukan ketika manusia belum mengerti penyakit ini secara mendalam sehingga cara penanganannya juga ngaco dan ga membantu secara efektif sama sekali.
Itulah kenapa gw sangat bersyukur atas kemajuan teknologi dan farmasi sehingga hal-hal mengerikan dan tidak manusiawi seperti itu gak perlu terjadi lagi, setidaknya di lingkungan profesional medis. Pengobatan schizophrenia pada saat ini berfokus pada penanganan gejalasa psikotiknya (delusi, halusinasi, dan lain-lain). Obat-obatan yang diberikan berupa obat anti-psikotik seperti chlorpromazine, clozapine, haloperidol, dan lain-lain.
Gw gak akan bahas obat anti-psikotika secara detail. Pada prinsipnya, obat-obatan ini bertujuan untuk mengatur fungsi dopamin (yang gak seimbang sesuai yang sudah disebutkan di atas) supaya kembali menjadi seimbang. Jika fungsi dopamin bisa diseimbangkan, diharapkan gejala psikosis mereda dan si pasien bisa mulai keep in touch lagi dengan realita. Jika mereka sudah tenang dan fase akut sudah lewat, mereka bisa ikut terapi psikologi yang membantu menata pikiran mereka. Mereka bisa berfungsi kembali dan kondisi tersebut tetap bisa dipelihara. Kualitas hidup pasien membaik dan menjalani keseharian secara normal.
Lo bisa tonton nih video pengalaman salah seorang schizophrenia survivor.
Sayangnya, di zaman modern ini, masih terdapat beberapa kelompok masyarakat yang belum update terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terkini karena alasannya masing-masing. Dengan terbatasnya informasi, mereka mungkin benar-benar takut dan kewalahan melihat dan menghadapi gejala psikosis orang schizoprenia yang asing, sangat tidak masuk akal, dan meresahkan. Pada kelompok masyarakat ini, ga jarang kita temukan orang dengan gangguan mental, khususnya schizoprenia, masih diperlakukan secara memilukan, mulai dari dilempari batu, dikucilkan, ditelanjangi, dikurung di ruangan yang tidak layak, dipasung, tidak dirawat, dianiaya, dan sebagainya.
Lebih memilukan lagi, baru-baru ini media internasional sekelas Washington Post merilis sebuah artikel yang menunjukkan potret kehidupan orang dengan gangguan mental di Indonesia di sini. Warning, the article is NSFW. Read at your own risk.
Bagaimana sebaiknya kita bersikap terhadap orang dengan schizophrenia?
Pada awalnya ketika kita melihat seseorang di jalanan, compang-camping, bahkan telanjang, aneh, ngomong sendiri; mungkin kita takut. Itu manusiawi. Namun, setelah membaca cerita panjang lebar di atas, gw harap lo udah cukup bijak untuk ga bertindak agresif atau memprovokasi duluan, alias cuekin aja. Kalo memungkinkan, baiknya laporkan ke Dinas Sosial setempat. Begitu juga kalo kita mengetahui orang terdekat kita yang dicurigai menderita schizophrenia. Sebaiknya kita tidak melakukan hal atau mengucapkan kata-kata yang hanya malah meragukan atau membebani kondisi mereka. Kita bisa membantu mereka dirujuk ke tangan profesional.
Kalo ditanya, apakah orang dengan schizophrenia berbahaya? Sebenarnya tergantung gejala psikosisnya sih. Kalo gejalanya lebih ke yakin bahwa dirinya adalah Taylor Swift, masih harmless lah. Tapi kalo gejala psikosisnya adalah halusinasi suara untuk membakar gedung, ya jelas berpotensi mencederai orang lain.
Tapi dengan memiliki pemahaman neurobiologis, kita bisa lebih jauh melihat bahwa orang yang berada di jalanan itu pernah normal, pernah berkeluarga, pernah berperan buat negara kita. Orang tersebut bukan berarti tidak bisa berfungsi lagi seperti kita, mereka hanya kurang beruntung dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat. Mereka adalah korban dari pikiran mereka sendiri, terpenjara di dalam kerusakan komunikasi antara neuron (syarat) otak yang satu dan yang lain. Jati diri mereka diambil, dipuntir, dan kadang mereka sendiri gak sadar akan hal itu. Kalau kita sakit perut, kita bisa ke dokter minta obat sakit perut, besoknya bisa langsung sembuh. Berbeda pada orang dengan gangguan mental, apalagi schizophrenia. Kemungkinan mereka akan denial sampai kehilangan akal sehatnya. Orang dengan schizophrenia tidak bisa ditolong dengan dikurung, dirantai, atau dipasung. Mereka butuh terapi berupa obat-obatan dan dukungan psikologis secara kontinu.
Melalui tulisan ini, gw berharap semakin banyak lagi masyarakat Indonesia, khususnya para intelektual muda seperti pembaca setia Zenius Blog, yang semakin melek dengan isu gangguan mental, khususnya schizophrenia. Mereka ada di sekitar kita. Orang yang kita sayangi atau bahkan diri sendiri bisa saja jatuh ke jurang itu. So, don’t be against the people but help fighting the disease. 🙂
Referensi
https://grey.colorado.edu/CompCogNeuro/index.php/CCNBook/Neuron
http://www.dialogues-cns.org/publication/lifetime-stress-experience-transgenerational-epigenetics-and-germ-cell-programming/
http://psychopharmacologyinstitute.com/antipsychotics-videos/dopamine-pathways-antipsychotics-pharmacology/
Fatemi SH, Folsom TD. The Neurodevelopmental Hypothesis of Schizophrenia, Revisited. Schizophrenia Bulletin. 2009; 35(3):528-548. PMC.
Video : early symptoms of schizophrenia https://www.youtube.com/watch?v=YRMo6DnNdnM
Karlsson JL. 1970. Genetic association of giftedness and creativity with schizophrenia
—————————CATATAN EDITOR—————————
Kalo ada di antara kamu yang mau ngobrol atau diskusi sama Virgie tentang schizophrenia, silakan langsung aja tinggalin komentar di bawah artikel ini.
Halo Kak Virginia, makasih banget udah post artikel yang ngebantu banget khususnya untuk aku pribadi. Perkenalkan aku Dian. Kalau boleh, mau request untuk next artikel membahas tentang “Bipolar Disorder” dong kak. Karena aku sendiri penderitanya dan sudah dari april 2008. Lewat dua artikel yang sudah kakak post, yaitu tentang depresi dan skizofrenia ini, pemikiran aku jadi lebih baik mengenai bipolarku, dan aku harap, kalau kakak berkenan untuk membuat artikel yang membahas bipolar disorder secara khusus, aku harap juga bisa memberi pemikiran yang lebih baik untukku. Terimakasih banyak kak.
Hi Dian! Sama2. Seneng banget kalo bisa bermanfaat. Lain kali kalo ada kesempatan aku akan coba bahas !
Oke kakak. Gak sabar nih nunggu kelanjutannya. Hehe.
#Bermanfaat
Halo kak, aku mau request ttg GAD (generalized anxiety disorder) dong karena aku curiga kalo aku GAD. Terima kasih
kak virginia cantik :v
Paragraf kedua dari belakang dari hati banget I feel it.
Kak aku mau tanya, d sekolahku, tepatnya adek kelas, temen sekelas, dan guruku ada yang ngaku bisa lihat setan. Bahkan ada yg sempet histeris, ada juga yg malah ngomong sendiri, dijadiin temen gitu hantuny. Waktu ditanya, dia bilang lagi ngomong sama hantu. Nah apa itu juga trmasuk gangguan jiwa? Itu sebenerny gmana sih kak? Tapi mereka kalo lg gk ngeliat hantu ya biasa aja kyak orang normal. Btw, aku juga waktu kecil pernah ngeliat hantu. Jadi kalo orang bisa ngelihat hantu itu apa pertanda schizo??
Tolong penjelasannya kak.
Hai Zelda! thanks buat pertanyaannya. Boleh tanya ketika temen dan guru kamu itu lagi ngeliat hantu kondisi kejiwaan mereka lagi gimana? apa lagi ada masalah berat atau baik-baik saja? Di Indonesia hal-hal terkait hantu dsb itu berhubungan erat sekali dengan kepercayaan dan atribut budaya yang kita anut sejak lama. Bisa saja seseorang merasa melihat “hantu” sedangkan itu sebenarnya ilusi optik karena ruangan gelap dan dipengaruhi rasa takut yang sudah ditanamkan sejak kecil. Otak kita mencari pola dan apa yang kita lihat mudah sekali terdistorsi. Kalau orang yakin dia ngelihat “sesuatu” terus-terusan sampai kurun waktu sampai 1 bulan, ditambah lagi mendengar suara dari “sesuatu” terus-terusan sampai kurun satu bulan menurut kacamata medis bisa termasuk kategori psikotik akut, schizo harus mencakup gejala yang disebutkan di artikel yang saya tulis (halusinasi, delusi, gangguan kognitif).
Halo kak Virgie, Aku seneng bgt bisa paham tentang skizophrenia dari ahlinya. Oh iya kak, aku pernah baca artikel tentang skizophrenia juga di internet. Dan disitu dipaparkan jenis-jenis skizophrenia mulai dari yang paranoid, hebefrenik (ini bener gak? Lupa) sampai yang ke jenis/tipe katatonik, trus ada juga tipe yang tak terperinci. Nah, apa bener ada tipe-tipe begitu kak? Trus tipe tak terperinci itu macem gmana? saya juga kepo sama tipe katatonik itu gimana bisa terjadi ‘-‘
Artikel tentang kejiwaan yang lain aku tunggu ya kak. Makasih 🙂
Hai Nisa! iya bener ada tipe2 schizophrenia tergantung gejala karakteristik yang diderita orang tersebut (paranoid, hebefrenik/disorganized, katatonik, tak terperinci, dan residual). untuk schizophrenia tak terperinci itu schizophrenia masih dengan gejala psikotik (halusinasi dan delusi) tapi tidak memiliki kriteria untuk digolongkan ke dalam schizophrenia paranoid, hebrefenik, atau katatonik. 😉
Kalo guru, aku kurang tahu sih kondisinya. Tapi kalo temen aku kyaknya emang lg ketakutan, soalny dia ngeliatnya emang waktu keadaan sekitar nyeremin sih. Dia pernah sampe dipegang sama si hantu itu (katanya sih). Tp yg paling aneh adik kelas ku sih. Orangnya pemberani tuh, kalo ngerasa ngeliat ya bisa kpan pun. Malah waktu melihat hantu sampe diajak ngobrol.
Oh jd mereka bukan schizo, tapi psikotik akut ya. Soalnya mereka (menurutku) gk sampai berdelusi sih.
Btw, makasih kak :))
Mungkin gak sih kalo schizoprenia sekaligus bipolar sekaligus asperger?
kalau pertanyaannya mungkin atau enggak? mungkin aja, itu yang disebut comorbiditas. 🙂
Penderita Schizophrenia jaman sekarang sih dibilang orang gila dan sesat…
tapi kalau jaman dulu, bisa jadi nabi :))
wow, anda harus tahu beberapa hal di belief memang gak bisa dijelaskan dengan sains. Tapi bagaimanapun harus dipercayai. Maaf kalau salah, tapi pernyataan anda ini, aduh..
iya, bebas kok mau percaya apa aja. monster spaghetti terbang atau invinsible pink unicorn misalnya. maupun percaya bahwa manusia berasal dari tembikar. tapi jangan pernah paksakan kepercayaan itu ke orang lain, apa lagi sampai mencampuri urusan hukum, ekonomi, politik dan bernegara :))
Benar, seram juga menakutkan klo dari jauh dikejar. Masih selamat.???
Hai, Kak!
Banyak orang tau lah ya, kalo anak kecil kira-kira umur 5tahunan mungkin, bisa bicara sama mahluk-mahluk halus gitu. itu berarti bisa saja halusinasi mereka gitu ya? Lalu kenapa halusinasi itu ga berlanjut sampai kita besar ya kak?
Hai, anak kecil di masa-masa awal (1-5 tahun) sedang dalam masa2 aktif perkembangan otak. pada masa itu anak-anak juga sering memiliki “teman bayangan” dan ini adalah hal yang normal, kecuali jika ada faktor lain. Kenapa? karena pada fase tersebut anak-anak masih sulit membedakan antara mimpi dan realita, 🙂
Itu bukan sama makhluk halus, tapi dia punya teman hayalan. Pada saat halusinasi masih ada saat dewasa, karena stress. Jadilah Gila.
gegara nyenggol beautiful mind, aku jadi langsung keinget shutter island,,
si skizro yang diperanin mas leo, berpikir dirinya detektif, fdan menyelidiki hal yang nggak ada,, dan banyak lagi
Spoiler nih haha…
WKWKWK
Kamu spoiler.
“TERCYDUK”
Hallo kak Virgi, aku punya temen yang skizo. Karena suara2 di kepalanya dia juga yakin kalo berkepribadian ganda. Entah itu efek dari skizonya atau emang beneran punya kepribadian lain. Dia hidup normal dan cerdas, sayangnya dia ketergantungan sama obat penenang dari dokternya. Aku sebagai temen cuma bisa denger curhatannya dia tanpa bisa ngebantu banyak. Dia gak pernah terbuka sama Dokternya cuma datang, periksa, ngambil obat terus pulang. Dia tertutup juga karena dia yakin orang gak akan ngeri omongannya dia. Cara ngomongnya emang kayak yg kaka bilang di artikel ini. Dia sering ngerasa kesepian karena kehidupan keluarganya juga gak baik. Aku gak tau musti gimana. Semoga Kak Virgi baca ini dan bisa ngasih solusi buatku dan temenku supaya dia lebih baik dan lekas membaik. Terimakasih sebelumnya 🙂
Mbk minta kontak temen mbk dong. Aku dulu pernah dengar suara” aneh. Seperti teman mbk. Tapi sekarang, menurutku aku udah agak mendingan dari pada dulu dengan terapi yang kulakukan sendiri. siapa tahu kita bisa sharing”.
Aku gak yakin dia mau, soalnya dia cuma bisa terbuka sama aku dan pacarnya mungkin. Karena mbak Silvi orang baru nantinya malah dia ngerasa gak enakan. Gimana kalo kontak aku aja? Mbak bisa kasih solusi ke aku dan biar kuterapin ke dia.
Mbk boleh tau terapi kek gimn ? Bs bales di azzahra_98
Aihhh.. ini ngena banget :”))
I know that feel. Gue saranin karna lu sohib nya dia, usahain deh jangan pernah biarin dia ngerasa dia sendirian.
Terus komunikasi sama dia.
Semakin dia ngerasa sendirian, semakin dia ngerasa kesepian, semakin dia bakalan berhalusinasi ria.
Gue juga lagi nyoba bertahan tanpa obat, tapi emang sulit banget.
Kalo bisa sih gue pengen ngobrol sama dia, berbagi dengan sama rasa. Kalo lo bilang dia agak tertutup, yang dia rasain sebenernya cuma takut gak dipercaya, dia takut dijauhin.
‘Cause i know that feel :”))
sayangnya aku gak bisa selalu ada buat dia karena kita gak dijalur pertemanan yg lengket dan suka hangout bareng. Dia datang ke aku karena ngerasa aku bisa diandelin, itu aja. Pacarnya barulah temen deketku. Aku dalam kondisi dimana gak bisa masuk ke kehidupannya mereka dan aku juga gak bisa diem aja. ribet kan? :’v
mangkanya aku mau minta solusi ke kak virgi tapi gak dia bls :’v
Anak yg skizo ini selalu dateng dengan sendirinya ke aku pas dia udah diambang kegilaan sama rasa kesepiannya. Dan disitu gatau musti apa :’v
Hei, Vey, ya seperti yang udah aku sebutin di atas, dan sulitnya menangani kasus terkait mental, penanganan yang harus dilakukan adalah penanganan holistik yang mencakup semua aspek (obat2, konseling, dan dukungan dari teman2), Kemungkinan obat yang diberikan oleh dokternya itu adalah obat untuk menangani gangguan psikotiknya (penting untuk terus dikonsumsi). Saran yang bisa aku berikan sih ya sebaiknya temen kamu selain dikasi obat-obatan juga harus dan harus ada dukungan konseling. 🙂
Kalo kasus kampung idiot di Ponorogo, Jawa Timur itu gimana kak? emang perkawinan sedarah sampai sebegitu besar dampaknya ya kak? ga sengaja barusan baca artikel yang berkaitan dengan skizo juga nih, kasihan banget warga yang di situ kak 🙁 bahkan udah go internasional tapi kok ga ada perubahan dari tahun ke tahun, ga ada uluran tangan ih
Aku blum baca kasus di kampung di Ponorogo, bisa dikasi link nya disini?
hi kak virgie? aku seneng banget kak virgie bahas tentang schizo. selain bisa bantu ngejelasin secara gamblang apa itu schizo, buat aku pribadi yang memiliki tetangga kena schizo jadi makin ngerti penanganannya. tapi, sayangnya, di tempatku. orang schizo dibilang karena kerasukan makhluk halus. jadi, aku rada bingung. sebenarnya, adakah hubungan antara makhluk halus gitu sama schizo? karena menurutku, penjelasan ilmiahnya memang ada. tapi kalo yang mistis gitu, bukan berarti gue nggak percaya hal ghaib, cuma kan penjelasan lebih masuk akal ada, kenapa nggk di pakai? toh itu juga buat kesehatan masyarakat sekitar.
Hai Khusna, ranah ranah psikologis dan ranah gaib memang sulit diuraikan. Saya menilai dari sudut medis saja, seseorang dengan gejala psikotik dalam jangka waktu >4 minggu disertai dengan gangguan kognitif maka orang tersebut bisa didiagnosa dengan schizophrenia.
wah sayakena scizo ya wlkkwkwkkw
Hallo kak, makasih banget artikelnya sangat bermanfaat, soalnya makin penasaran ama skizofrenia semenjak nonton biografinya John Nash, btw kalo ada kesempetan aku mau nge request dong tentang obsessive compulsive disorder, soalnya aku mengidap ocd udah cukup lama, kalau berkenan terima kasih banyak ya kak.
nanti kalau ada kesempatan saya akan post lagi 🙂
Hai kak Virginia terima kasih untuk artikel yang benar2 menarik dan membantu.
nah, aku punya pertanyaannya kak setelah penderita schizophrenia itu diberi obat2an dan menjalani terapi oleh psikologi lalu keadaannya membaik dan mampu menjalani kehidupan secara normal, ada kemungkinan schizophrenia akan balik lagi gak? faktor yang membuat dia balik lagi itu apa? terima kasih kak.
Hai Thesa,
Ya, kemungkinan untuk mengalami serangan setelah keadaan membaik itu tentu saja ada, itu yang dinamakan remisi pada schizophrenia. Penderita schizophrenia dengan remisi berarti kondisi nya normal setidaknya minimal dalam waktu 6 bulan. Apa yang bisa menyebabkan orang yang sudah remisi kembali lagi kena schizophrenia? kemungkinan besar stress fisik atau psikologis, atau perubahan mendadak di lingkungan sekitar org tsb bisa mencentuskan kambuhnya schizophrenia.. 🙂
Hallo kak, mau tanya nih kalo apa yang kita pikirkan terkadang nggak
sesuai dengan apa yg kita ucapkan (terjadi pada saat itu juga) apa itu
termasuk ada kelainan di otak kita??
halo kak virgin. makasih sudah membuat artikel yang bagus. curhat dikit ya mungkin agak konyol atau mungkin banyak anak yg malu mengakui hal seperti ini tapi kali ini saya coba berani untuk mengukapkan keresahan ku. aku ella aku anak yg suka nntn drama dan anime sejak mulai kecil gatau kenapa ketika ada film yang bagus dan jalan cerita udah tamat atau bersambung, saya menjadi bingung saya berimajinasi dgn cerita sendiri ( memainkan peran tokoh pada film yg saya sukai ) sampai sampai saya lupa makan lupa belajar lupa apapun sampai skrng saya masih seperti itu saya bingung
dan tahun kemarin saya panggil tukang ruqyah ( konyol) dia bilang saya kerasukan jin laki. saya kaget selama 6 bulan saya jadi seperti orang gila saya takut. sampai saya mau dibawah ke psikiater sampai skrng pun saya masih takut tidur sendiri n belajar larut malam takut tapi selama penanganan 6 bulan sendiri saya agak tenang tapi trauma . apakah saya mengalami gangguan mental ? trs kalau iya saya harus bagaimana jujur saya orang sederhana. penanganan apa yg tepat untuk saya dan obat obat an yg cocok untuk saya apakah bs dibeli sendiri ?
Bantu jawab, sudah konsultasi ke psikolog/psikiater? kalau sampai mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan menyebabkan rasa takut sebaiknya langsung konsultasi aja. Karena mereka bisa kasih terapi dan cara pengobatannya. Jangan mendiagnosis diri lebih baik langsung ke psikolog/psikiater kalau ngerasa ada yang ‘ga beres’
Obatnya bisa dibeli sendiri kalau punya resep dari psikiaternya, ga bisa sembarangan konsumsi dan beli obatnya.
Coba buka di Youtube, cari video ruqyah yg 1 jam, download, setiap hari dengarkan ruqyah itu, sambil dengar itu, Ella bisa dzikir La ilaha ilallah (kalau Ella muslim) + shalawat yg pendek + ucapkan dalam hati “semuanya baik-baik saja” minimal 300x sehari.. ini termasuk penyembuh ampuh terhadap kegilaan, skizo, stress, galau, kerasukan, diputusin pacar, dan semacamnya, 1 hari terapi sudah terasa kesembuhannya. Get well soon Ella-san
ka vir, artikelnya keren. gua lumayan tertarik tetang ilmu psiko sebenernya. jadi mau tanya ka, kalo penderita schizo itu dapat penanganan dari ahlinya dan dikasi obat penenang, apa dia nanti malahan akan jadi ketergantungan sama obat penenangnya? dan soal keterkaitan dopamin, apa bisa seseorang yang kecanduan porno akut nantinya jadi menderita schizo? dari yg gua tonton tentang dampak kecanduan porno yang ternyata parah banget dampaknya buat otak. thanks ka, ditunggu artikel selanjutnya!
halo kak, aku mau tanya kan sekarang sudah bnyak nih berita vaksin palsu.Apakah vaksin palsu juga bisa membuat seseorang mengidap penyakit gila/ autis
soalnya banyak orang bilang kalo ria ada kena penyakit autisme karena suntikan vaksin palsu
Mohon dijawab,ya kak.Trims
Tambahan : bipolar sama autisme itu sama ya kak? thks
Hai Kak Virginiaa, makasih udh post artikel tentang skizofrenia. Namaku Putri, kakakku penyandang skizofenia, but dari aku kecil aku udh diberi pengertian tentang keistimewaan kakakku ini. Dia udh ditangani sama medis, pernah smpe sembuh tapi setelah itu balik lagi karna mngkin faktor perubahan lingkungan yang tiba2 seprti yang kakak bilang. Nah, sekarang dia ditangani dengan obat2an dari dokternya. But, I think itu cuma untuk mengurangi gejalanya. aku mau tanya dimana dia bisa dpt terapi psikologis kak ? Apa yang dimaksud dengan terapi psikologis itu adalah ketika dia ke dokter dan dokter mendengarkan ceritnya ? Dan Ibu bilang aku orang yang paling sabar ketika mereka udah ngga sabar, dan itu terjadi entah kenapa karna aku ngerasa hal yang sama (aku pengen cerita tapi aku simpan sendiri krna mungkin akan memberatkan yang lain). Apa aku juga skizofrenia ? tapi aku masih bisa mengatur pikiran2ku dan tidak mengalami delusi, dsb hanya aku sering membayangkan sesuatu seprti berkhayal. Dan apakah orang yang menyandang skizofrenia itu memiliki fase diam dan aktif? aku sering mengamati kakakku sekitar 4 minggu dia bisa terkondisikan, tetapi ketika ada yang ga sesuai mungkin makanannya dia gak suka dia akan sangat aktif dalam jangka waktu yang sama atau sekitar 3 minggu / 2 minggu.
Maaf kak kalau pertanyaan ku banyak sekali. terima kasih banyak kak seblumnya. Aku sayang sama kakakku. Ayah, ibu, kembarannya, dan adikpun sayang sama kakakku.
Halo Putri, coba gabung di komunitas peduli skizo di facebook >> https://web.facebook.com/groups/skizofrenia/ disitu ada ribuan caregiver yang mungkin bisa ngasih saran, masukan ataupun dukungan ke kamu atau keluargamu
Maaf kak, ada satu yang lupa. Aku akhirnya merasa tertarik untuk mengobati kakak dan orang2 yang menyandang skizofrenia, dll. Aku cari2 artikel, pekerjaan yang berhubungan adalah psikolog dan psikiater. Apa ada lagi selain itu? tpi aku tertarik dengan psikiater, kalau mau jadi psikiater kuliah yang harus aku ambil itu kedokteran atau bukan kak? trus ambil spesialis psikiatri ? atau gimana ya kak ?
May Allah bless you. For i’m more or less in the same position (as your brother in this case). So please hang on and be brave. Fii amanillah.
Andai informasi kejiwaan kaya gini banyak diketahui masyarakat, kayanya jarang banget ada di tv, radio, majalan/koran, paling-paling baca di internet/forum-forum. Biar banyak yang tau bahwa kondisi kejiwaan sama pentingnya dengan kondisi fisik yang ‘keliatan’, biar ga ada lagi yang dipasung-pasung kaya di link itu (DP banget).
kak virginia, mau tanya kalo anak itu keterbelakangan mental IQ nya bisa ditingkatkan atau nggak ? trimakasih kak
Thanks kak virgie atas artikelnya. Menarik dan ini artikel membuka mataku untuk lebih bisa menyadari diriku sendiri. Kadang kalo aku pikir aku sepertinya seperti yang di ted talk itu. Aku harus menanganinya lebih baik lagi, dan mengenali diriku lebih baik lagi.
Kalau tubuh seperti ada beberapa pengguna itu apa?
Terkadang sifatnya bertolak belakang.
Seperti kerasukan jin.
Gejalanya Kepala seperti pecah berkeping2 lalu ga sadarkan diri.
Tidak pernah mengkonsumsi obat apapun,
Tolong dijawab sebab bagaimana bisa seperti itu.
Ketika seseorang pernah mengalami schizo dan sembuh. Apakah orang tersebut ingat bahwa dia pernah mengalami schizo??
Thx Virginia
Kakak… Boleh nanya enggak kak… Gue punya kenalan, sekarang udah masuk bangku kuliah. Tapi, orangnya agak aneh gitu.. diajak ngobrol suka gak nyambung, pendiem, suka ngomong sendiri, sama kadang2 maksain kehendak sendiri…. Gue ngerti kalo dia lagi sakit atau kelainan dan sekarang sama ibunya sedang diterapi secara teratur, cuman maaf2 aja kak gue agak kesel ngadepinnya ?
Apakah gejala2 tersebut masih ada hubungannya dengan Schizophrenia? Atau kelainan mental yang lainnya? ?
Mohon pencerahannya guru!! ??
kalo join makanan/minuman bisa ketularan ga sih? ehe
Hai kak virgie
Aku mau tanya ya
Aku sejak kecil sering berimajinasi, nah tanpa sadar imajinasi ku ini sering terbawa ke alam nyata, misal aku berimjinasi sedang berbicara sama orang lain, tanpa sadar di dunia nyata aku jadi ngomong sendiri, sampai aku dewasa ini masih terjadi, apa aku juga penderita skizo?
kak virgi udah liat film brain on fire yang dibintangi chloe moretz nggak?
itu kan dari kisah nyata, dimana suzanna di diagnosis skizofrenik sama bipolar disorder, tapi ternyata mengalami anti-NMDA-receptor enchepalitis. menurut kak virgi gimana tuh?
Jadi nyokap saya kan kena cancer otak. Trus skrg lg di rawat di rumah sakit dan dikasih morphin. Dia suka halusinasi dan ngelantur gitu. I can’t tell if that’s gara2 cancer apa morphin ya?
https://www.zenius.net/blog/penyebab-gejala-orang-gila-schizophrenia-skizofrenia
Hallo ka virginia
Mksih yh ka artikelnya membantu bgt
Ka sya mau tanya
Boleh ga ka org yg udh ada gejala schizophrenia kita kasih pemahaman bahwa dia itu sedang mengalami gejala tersebut
Di tunggu yh ka jawabannya
Semoga jawabannya bisa membantu
Thanks sebelumnya
thanks kak membantu banget
Kak request review tentang BPD dong please, ehehe
Lalu, gimana asal mula orang-orang menyebut penderita schizophrenia itu “orang gila” kak?
mantap kak
Sangat bermanfaat, kak virginia kalau aku mau ikut jadi aktifis sosial bagi penderita gangguan mental boleh tau bs di arahkan kemana dan persyaratan nya apa? Apakah ada sekolah tertentu yang menjadi sarat mutlak atau aku bisa gabung d komunitas aktifis nya ?Terimakasih kak Virginia?????
mau saran nya, mungkin gak harus dari dr. virgie seorang, kalau temen-temen lain bisa bantu, monggo bantu saya. saya punya sahabat yang divonis bipolar akut, tp memiliki gejala schizo, seperti delusi (meyakini suatu hal yang sebenarnya tdk terjadi : dlm kasus tsahabat saya, dia yakin menjadi istri seseorang alhasil dia ngejar lelaki itu dan mendeklarasikan ke orang orang bahwa dia istrinya), kemudian dia memiliki halusinasi (mendengan seisi kamar mandi menertawakannya, sabun, kloset gayung, semua menertawakannya hingga dia tahan pipisnya karena gak mau ke toilet). tapi dia memusuhi sahabat-sahabatnya karena telah membawa dia ke psikiater, yang dia anggap bahwa teman macam apa yang menganggap temannya gila. Alhasil obat yang diberikan psikiater tdk diminumnya, karena dia tdk merasa pantas untuk meminumnya. pertanyaan saya adalah bagaimana cara membujuk penderita gangguan jiwa ketangan profesional tanpa menyakiti perasaannya, tanpa membebani pikirannya dan mau mengunjungi dokter, mau minum obatnya ? mohon dibalas saya butuh jawaban atau email ke gilangrindhanii@gmail.com @virginiaprameswari:disqus
Hallo kak, saya mau tanya. Saya sering ngalamin kalau lagi tidur, saya tau bahwa saya lagi mimpi, terus saya memaksa diri sendiri supaya bangun dari tidur, dan ketika seolah berhasil bangun (perasaan semacam udah bangun) tetapi ternyata saya tuh masih ada di alam mimpi, dan saya tau kalau saya itu lagi mimpi, dan akhirnya suka panik sendiri karena takut terjebak di alam mimpi dan takut jiwa saya lepas dari raga saya. Terus saya kadang suka ngalamin ketindihan, ga lihat apa-apa seperti yg diceritakan orang lain yang katanya bisa lihat hantu hal-hal gaib gitu sih, tapi kalau ketindihan saya cuman susah gerak, mau bangun ga bisa gerakin badan sama sekali, mau manggil orang lain juga suara ga bisa keluar. (apakah itu memang umum terjadi di beberapa orang?)
Terus saya kadang ngerasa kaya ada semut atau serangga yang ngerayap di tubuh, eh taunya ga ada apa-apa di kaki atau tangan saya (apa mungkin ini karena ada kuman(?) tak terlihat yang merayap di kulit?)
Sama misal kadang saya pernah suara atasan yang manggil-manggil, suaranya sih terasa jauh (apakah itu memang biasa terjadi di setiap orang kalau mereka lagi stress suka denger suara yg mereka takuti atau segani?)
Halo Ka Virgie! Terima kasih banyak artikelnya membantu sekali atas pertanyaan aku selama ini. Orang terdekat aku ada yang sampai belasan tahun menderita schizo tapi belum sembuh juga. kami memperlakukan penderita seperti orang normal/seakan akan try to tell him “kamu engga apa apa kok! sehat!”
dan alhamdulillah karena itu mungkin penderita jadi engga sampe parah perilakunya.
thanks alot ka sekali lagi!
Well…DONE !!!! right on target !
Jadi penanggulangannya gimana mbak seandainya dia berbicara atau bersikap tidak Jelas apa yang harus kita lakukan terimakasih
Kak bapak saya spertinya mengalami schizo. Beliau sering beberapa saat 5-10menit seperti tidak sadarkan diri dan melakukan hal2 aneh (seperti berbicara tidak jelas) dan kemudian tersadar lagi.. saat ditanya ketika sadar beliau merasa tidak ada apa2 dan merasa sehat2 aja
..
awalnya sya mengira itu seperti diguna2 atau mistis tetapi sudah di obati tradisional ke org2 pinter & di doa2in dsb juga masih gk ada perubahan..
mohon kak bimbingannya apa yg harus saya lakukan? Dan gimana cara ngobatinnya? Trima kasih kak..
Iya aku sedih. Dia skrg udah ga napak sama realita… baju dibakar disobek smpe abis. Disuruh mandi ga mau. Sehari2 ngomong sendiriiii terus. Kalo ada hal membahayakan semacam bakar2 an sesuatu dalam rumah trs ditegur dia marah atau melawan. Dibawa ke dokter ga mau dan seremnya dia suka bertindak kekerasan kalau keinginannya ditentang. Mau ngobatin susah bawanya karena suka meronta dan minta turun ditengah jalan. Pdhl berobat jauh dari desa ke kota. Musti gimana bingung. Bpjs dibayar terus yang kita butuhin adalah tenaga bantuan buat bawa dia kedokter. Sebab suka berontak. Lebih bagus kalo ada pelayanan dokter ke rumah pasien kaya dulu. Ga kaya skrg pasien musti ke klinik atau RS pdhl buat org dgn gangguan jiwa … melalui perjalanan yg jauh dari rumah ke tempat pengobatan adalah beban dan perjuangan mental mereka sendiri yang tidak mudah. Apa bisa ada gebrakan pelayanan medis di Negeri Indonesia ini yang ramah terhadap pasien2 gangguan jiwa dan disabilitas yang sulit dibawa2 keluar rumah?
Mana … terobosan negara yang benar2 memperjuangkan kesehatan rakyatnya …wahai para pemangku kebijakan …
Hai kak vergie makasi banget uraiannya yg asik buat dipahami. Btw aq datang darin tahun 2021 dimana salah satu stasiun TV swasta NET nayangin vlog salah satu youtuber penolong orgil yg kini lebih disebut ODGJ( Org dg gangguan jiwa).
Kebanyakan kasusnya adl ODGJ itu menderita infeksi parah di bagian tubuhnya. Membusuk, bengkak, berdarah, hampir putus. Tapi mereka keliatan gak kesakitan, bahkan pas infeksinya dibersihkan.
Nah sedangkan d satu bagian artikel kakak yg bilang soal kalo org normal sakit perut bisa terasa dan ada inisiasi untuk berobat, sedangkan orang schizo malah denial. Nah apakah ODGJ ini jg sama, bisa gak kesakitan karena udah terlanjur denial? Apakah awal2 infeksi mereka juga kesakitan tp denial terus2an? Apa mmg ada sensor yg mati?
Aq tunggu replynya y kak…
Terimakasih telah berbagi ilmu
wah sayangnya saya baru baca artikel ini.. padahal pas banget..
hhmm… andai masih bisa, ngobrol atau lebih tepatnya curhat tentang ini, pas banget untuk saat ini buat saya..