Bahan Kimia Buatan Bisa Lebih Sehat Daripada Bahan Alami 17

Bahan Kimia Buatan Bisa Lebih Sehat Daripada Bahan Alami

Banyak orang berpikir bahan kimia itu pasti berbahaya, sedangkan bahan alami itu aman dikonsumsi. Padahal kenyataannya tidak sesederhana itu. Berikut adalah penjelasan ilmiahnya.

Lagi belanja ke supermarket, liat cemilan. Duh kayanya enak deh buat temen nonton TV series ntar di rumah. Baru aja mau ambil, nyokap langsung bereaksi.

“Kamu jangan sering-sering makan gituan deh, itu kan banyak bahan kimianya!”

atau pas lagi mau beli obat ke toko obat, tiba-tiba tukang obatnya nyeletuk…

“Daripada beli obat buatan pabrik rekomendasi dokter, mending beli produk yang herbal aja mbak/mas. Lebih alami, lebih sehat lho!”

Dari kecil, lo pasti sering banget denger kata kimia. Tapi biasanya, kimia atau bahan kimia itu artinya jelek, deh. Sampe sekarang kalo denger kata “kimia”, pasti yang kebayang sama orang-orang itu bahan pengawet lah, pewarna makanan, racun di pestisida, micin (MSG/monosodium glutamat), pokoknya semuanya berbahaya buat kesehatan kita. Sampe-sampe ada tren baru dalam berbelanja, maunya alami atau herbal, dari makanan, kosmetik, produk-produk kecantikan, sampe obat-obatan.

Tapi bener ngga sih bahan kimia itu pasti berbahaya? Apa sih yang namanya bahan kimia itu? Apa benar yang alami atau herbal itu selalu lebih sehat atau lebih baik? Nah, di tulisan ini, gue akan ajak lo untuk mengupas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut satu per satu. Yuk, langsung aja.

Apa sih bahan kimia itu?

Bahan kimia, atau bahasa Inggrisnya chemicals, sebetulnya ada di mana-mana. Bukan berarti banyak bahan “tambahan” seperti di makanan atau obat-obatan itu saja yah. Sebenarnya, segala sesuatu di sekitar kita itu adalah bahan kimia, baik yang masuk ke dalam tubuh kita maupun yang kita peralatan yang kita gunakan sehari-hari. Termasuk segala yang kita anggap alamiah, dari mulai sayur dan buah-buahan, bahan tambang, segala jenis makanan yang kita makan, minuman yang kita minum, udara yang kita hirup, bumbu masakan tradisional, dan segala hal yang terbentuk dari proses perubahan materi ya adalah kimia.

Ya, segala sesuatu adalah bahan kimia.

Masih ngga percaya? Coba bayangkan, lo lagi mau bikin telor mata sapi. Bahan udah siap semua nih, yuk, kita masak sambil liat-liat sekeliling dapur.

Nyalain dulu kompornya yang berbahan bakar elpiji atau LPG, liquefied petroleum gas, propana (C3H8) dan butana (C4H10) cair. Siapin wajan anti lengket, yang terbuat dari teflon atau politetrafloroetilena (PTEF, C2F4)n. Tuang minyak goreng yang katanya sehat dong, mengandung omega-9, asam oleat dan isomernya asam elaidat (C18H34O2). Telur yang mau lo pecahin nih? Bahan utama cangkangnya adalah CaCO3 alias kalsium karbonat. Garam yang lo pake? Na+Cl, sodium klorida. Buat yang mau nambahin vetsin, pasti udah terkenal nih namanya, monosodium glutamat (MSG) atau Na+C58NO4. Hayoo coba ingat-ingat lagi pelajaran di sekolah.

getty-rf-photo-of-man-cooking-egg-teflon-skillet

propana dkk

msg dkk

Nah lho, bener kan gua bilang bahwa segala hal di sekitar kita adalah bahan kimia, bahkan ternyata hal yang kita lakukan sehari-hari seperti masak telor mata sapi aja kok jadi banyak melibatkan banyak bahan kimia. Wah, berarti serem, dong? Nggak kok, jangan dipikir segala hal yang terkait bahan kimia itu nggak baik buat tubuh dan berbahaya buat kita. Sebaliknya, jangan berpikir bahwa segala yang selama ini dianggap bahan alami itu bagus buat tubuh dan gak berbahaya buat kita.

Konsep berpikir bahwa bahan kimia itu bahaya sedangkan bahan yang dianggap bahan alami itu lebih sehat adalah kekeliruan yang besar! Kenapa? Karena sebetulnya segala hal di sekitar kita yang kita anggap alami adalah bahan kimia. Sebaliknya, bahan yang kita anggap sebagai bahan kimia ya sebetulnya semua bersumber dari alam juga. Jadi, bahan kimia itu ya sebetulnya dari bahan alami, dan bahan yang kita anggep alami ya itu bahan kimia juga.

Jadi, sebetulnya bukan masalah bahan kimia vs bahan alami. Tapi, justru gimana kita melihat sebuah komposisi materi itu bisa bermanfaat atau berbahaya bagi kita sebagai manusia. Misalnya nih, propana dan butana yang ada di dalem LPG buat masak tadi itu, bahan kimia yang sekaligus bahan alami juga, kan? Nah, itu adalah senyawa alkana yang cocok banget tuh jadi bahan bakar untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan manasin air buat mandi. Contoh lain adalah PTEF atau teflon, senyawa sifatnya unik. Dia berbentuk padat tapi nggak bisa basah, juga tidak reaktif dan tahan panas. Nah, jadinya cocok banget tuh digunakan sebagai wajan.

Kalo udah kenyang makan telor ceploknya, lo haus terus minum air. Nah lho, air itu kan H2O, bahan kimia juga kan? 😛

Bahan Kimia Buatan Bisa Lebih Sehat Daripada Bahan Alami 18

Jadi, bahan kimia itu nggak berbahaya nih?

Eits, jangan terlalu cepet ambil kesimpulan dulu. Bahan kimia itu juga bisa berbahaya kalau kita nggak ngerti cara menggunakannya.

Misalnya, propana di LPG itu kan gas yang mudah terbakar. Kalau sampe sambungan gas ke kompornya ada yang bocor, gas itu bisa keluar ke udara sekitar dengan cepat. Secara si propana itu mudah terbakar, kalau ada percikan api sedikit aja dari korek atau stop kontak listrik bisa bikin rumah lo kebakaran.

Contoh lain dari kegiatan masak kita di atas adalah si teflon. Teflon ini cukup tahan panas dan tidak menghasilkan zat yang berbahaya bagi tubuh manusia sampai suhu 260oC. Buat penggorengan, ini oke-oke aja karena kita menggoreng daging di suhu di bawah 230oC. Minyak goreng yang kita pakai juga akan menyerap panas dari api kompor dan menguap (keluar asap) di bawah suhu 250oC. Secara teori, teflon ini aman buat dipakai. Tapi, kalau wajan teflon itu dipanasin tanpa minyak goreng, dia akan mulai terurai di suhu antara 260oC ke atas. Hasil uraian ini bisa nempel di wajan kita dan masuk ke makanan kita waktu wajan itu dipake lagi buat masak. Nah, sekarang baru deh kita tahu bahwa overheated-PTFE bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Contoh LPG dan teflon di atas memberikan kesimpulan yang jelas:

Bahaya bahan kimia terletak pada pemahaman kita tentang bagaimana cara menggunakannya.

Kalau kita tahu sifat-sifat bahan kimia tersebut, batasan penggunaannya, dan berhati-hati dalam batasan tersebut, bahan kimia itu aman kok.

Kafein
Kafein

Ada satu contoh lagi nih yang semoga nggak bikin lo ngeri kalo mau hangout alias nongkrong. Lo pasti pernah denger kafein dong, itu senyawa aktif yang terdapat di dalam biji kopi dan daun teh. Rumus kimianya, C8H10N4O2. Mungkin sebagian dari kalian suka yah minum teh atau kopi. Si kafein ini adalah senyawa yang bikin kita bangun dan fokus abis minum kopi. Kafein ini juga terdapat di dalam banyak minuman bersoda, tapi dengan jumlah yang lebih kecil.

Nah sekarang lo tau nggak bahwa sebetulnya kafein itu BISA berbahaya apabila dikonsumsi? Kuncinya adalah di kata “bisa”. Untuk tubuh manusia, konsumsi kafein lebih dari 400 miligram dalam waktu singkat dapat menimbulkan efek, seperti gelisah, insomnia, aliran darah berlebih ke daerah muka, gangguan sistem pencernaan, detak jantung tidak stabil dan banyak lainnya. Konsumsi di atas 10 gram bahkan bisa menyebabkan kematian. Kok ngeri banget, apa banyak orang meninggal gara-gara kafein? Tentu tidak. Ternyata, 400 miligram itu, walaupun terdengar sedikit (seperduapuluh sendok teh doang!), hitungannya banyak buat kafein.

w-Giant-Coffee-Cup75917

Untuk gambaran, di dalam gelas Grande atau Venti kopi di Starbucks, terdapat rata-rata 200 miligram kafein. Artinya, gejala gangguan karena kafein bisa muncul kalau lo minum dua gelas besar Starbucks dalam waktu singkat. Untuk menyebabkan kematian, seseorang perlu minum sekitar 50 gelas besar kopi dengan cepat. Banyak banget kan, ga mungkin juga orang akan minum sebanyak itu secara ngga sengaja. Kafein secara umum tergolong aman karena butuh dosis yang cukup tinggi untuk menimbulkan kerugian signifikan pada kesehatan tubuh manusia.

 

Ricinus_communis_008

Salah satu contoh senyawa yang langsung berasal dari alam dan sangat berbahaya adalah Ricin. Ricin adalah protein tipe lectin yang terdapat di biji tanaman jarak. Senyawa alami ini mungkin nampak seperti biji-bijian yang berasal dari alam dan cukup aman dikonsumsi. Padahal sebetulnya ricin ini sangat berbahaya bagi manusia. Apabila dihirup, bisa membunuh manusia dengan dosis 1.78 miligram saja. Dosis segitu itu kecil banget, cuma seberat tablet obat sakit kepala…dibagi dua ratus! Kalo dibayangin yah mungkin sekitar beberapa butir kristal garam dapur sudah cukup untuk membunuh manusia. Ngeri banget kan? Padahal bentuknya kayak biji kacang-kacangan yang enak buat dipake ngemil begitu 😛

Nah, dari contoh ini kita sekarang udah bisa mendapatkan kesimpulan yang lebih presisi, bahwa…

Bahaya bahan kimia yang kita konsumsi itu ada di dosisnya

Dosis ini bukan cuma dalam jumlah, tetapi lamanya waktu kita mengkonsumsi jumlah tersebut. Tubuh manusia punya mekanisme yang berbeda-beda untuk mencerna senyawa-senyawa yang kita konsumsi. Jadi, toleransi kita buat senyawa yang berbeda juga berbeda. Kalau makanan atau minuman itu mengandung senyawa tertentu (pewarna, pengawet, tambahan perisa), tidak berarti berbahaya. Kita harus tau juga dosis di mana senyawa tersebut mulai bisa berdampak buruk buat kesehatan kita. Pastinya kalau ada makanan atau minuman yang mengandung berlebihan senyawa tertentu, itu berbahaya. Lo juga pasti sering denger senyawa yang dalam dosis normal tidak berbahaya seperti gula dan garam, kalau berlebihan bisa bikin lo diabetes dan darah tinggi juga kok.

 

Tapi kalau bahan kimianya buatan manusia apa nggak bahaya?

Nah, ini satu lagi kekeliruan masyarakat terhadap bahan kimia. Jargon seperti ini lagi ngetren belakangan ini: “konsumsilah produk-produk alami, pasti lebih baik, lebih sehat” dan lain sebagainya. Ini adalah kesalahan yang sangat umum dan belakangan suka dimanfaatkan orang buat jualan produk-produk yang katanya “alami”. Memangnya apa sih yang bikin hasil alami lebih baik dari buatan?

Mungkin lo pernah denger yang namanya formalin (CH2O). Senyawa ini banyak digunakan untuk mengawetkan makhluk hidup dan juga sebagai disinfektan untuk membunuh jamur dan bakteri. Terdengar bahaya yah buat tubuh kita? Banget, dosis pembunuhnya itu sekitar 10 gram untuk orang dewasa.

pear

Nah, ada yang suka makan buah pir? Tau gak lo kalo buah pir itu mengandung formalin? Kadar formalin dalam buah pir itu sekitar 0.06 gram/kg buah. Kalau kita hitung-hitung, kita bisa mati keracunan formalin kalau kita makan 166 kilo buah pir. 166 kilo, banyak amat? Ya memang banyak banget, makanya buah pir itu aman dikonsumsi dalam skala normal kita sehari-hari.

aspartame
Aspartame

Senyawa lain yang mungkin pernah lo denger adalah aspartam (C14H18N2O5). Aspartam ini pemanis buatan yang 200x lebih manis daripada gula biasa, jadi dia dipakai sebagai pemanis rendah kalori (1 gramnya cuma 4 kkal, setara sama 200 gram gula pasir yang menghasilkan 800 kkal). Minuman bersoda yang masuk golongan “diet” seperti Diet Coke menggunakan aspartam sebagai pemanisnya. Lo mungkin sering juga denger bahwa aspartam ini berbahaya dan lo harus hindari makanan dan minuman yang menggunakan aspartam, padahal itu sangat keliru.

Satu kaleng Diet Coke mengandung kurang lebih 180 miligram aspartam. Anjuran harian yang aman untuk aspartam oleh Badan Keamanan Makanan Eropa (EFSA) itu adalah 40 miligram per kilogram berat badan, jadi kalo berat badan lo 70 kilo lo bisa minum 16 kaleng Diet Coke sehari tanpa ada masalah kesehatan dari aspartam. Bahkan untuk disebut beracun, kadarnya adalah 4000 miligram per kilogram berat badan – 1600 kaleng Diet Coke sehari. Jadi aspartam yang kalian minum di minuman bersoda itu aman kok, silakan aja kalau mau minum.

Aspartam dalam tubuh sendiri akan dipecah menjadi tiga: fenilalanin, asam aspartat dan metanol. Nah, metanol ini juga sering disorot oleh orang yang anti sama aspartam karena dapat menyebabkan kebutaan. Sekali lagi, dosis berperan penting di sini. Metanol yang “beracun” ini ternyata lebih banyak terdapat di dalam sebuah pisang daripada sekaleng Diet Coke. Tapi, kedua dosisnya tidak cukup tinggi untuk bikin masalah buat kesehatan lo baik jangka pendek maupun panjang.

Di sini ada kesimpulan penting lagi, yaitu…

Kealamian suatu makanan atau minuman gak menjamin bahwa semua yang terdapat di makanan atau minuman itu bagus dan aman buat lo.

Ada banyak loh spesies jamur yang nggak bisa kita makan karena mengandung toxin. Sebaliknya, banyak minuman yang mengandung bahan buatan tapi justru aman kita minum.

Terus, ngomongin obat herbal nih. Obat-obatan herbal umumnya masih diolah secara tradisional yang berarti tidak melalui proses atau standar kesehatan yang ditetapkan lembaga resmi pemerintah (Badan Pengawas Obat dan Makanan ataupun Departemen Kesehatan). Dengan teknik, pengetahuan kimia, dan alat seadanya, kebersihan proses racikan dan packaging-nya justru lebih gak bisa terstandarisasi bagi kemanan dan kesehatan. Mungkin banget kan obatnya terkontaminasi parasit, virus, atau bakteri karena prosesnya dilakukan secara manual. Belum lagi kita gak bisa jamin bahwa penjualnya paham betul tentang dosis yang sesuai bagi tubuh manusia. Beda sama obat pabrikan yang racikannya pasti melalui riset dan lulus uji standar. Proses pembuatannya juga udah dirancang sedemikian rupa supaya steril.

Berikut adalah cuplikan video animasi singkat yang menerangkan penjelasan gua di atas:


Sekian sekilas info dan pelurusan fakta mengenai bahan kimia dari gue. Akhir kata, lebih baik kalau lo bisa tau lebih banyak lagi tentang bahan kimia dan peran penting mereka dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak banget pengertian masyarakat mengenai dunia yang ngawur, nyebar gitu aja secara umum karena penyebaran itu mudah menimbulkan rasa takut dan was-was, apalagi tentang bahan kimia ini yang berkenaan sama kesehatan kita. Jadi, kalo lo punya temen, ortu, atau saudara yang masih berpikir kalo zat kimia itu berbahaya daripada bahan alami, nggak ada salahnya lo share artikel ini. Moga-moga artikel ini bermanfaat buat lo semua.

All things are poisons, for there is nothing without poisonous qualities. It is only the dose which makes a thing poison.”– Paracelsus (Bapak Toksikologi)

—————————CATATAN EDITOR—————————

Kalo ada yang mau ngobrol lebih lanjut sama Ivan, jangan malu-malu langsung aja tinggalin comment di bawah artikel ini. Kalo lo punya temen, kenalan, sodara yang punya miskonsepsi tentang penggunaan bahan kimia dan bahan alami, gak ada salahnya kalo lo share artikel ini via social media seperti Facebook atau Twitter.

Bagikan Artikel Ini!